Halaman
IPS SMP/MTs Kelas IX
247
Bab
XIII
Strategi Nasional dalam
Menghadapi Peristiwa
Madiun/PKI, DI/TII, G 30 S/
PKI, dan Konflik-Konflik
Internal Lainnya
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 2, PT Tira Pustaka, 1983.hlm. 186
Gb.13.1
Kesatuan-kesatuan TNI dan polisi yang dikerahkan untuk menumpas pemberontakan
PKI/FDR Madiun di Gunung Kidul
Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, berarti
Indonesia mempunyai sistem pemerintahan sendiri. Akan tetapi, ada beberapa
golongan yang tidak setuju dengan sistem pemerintahan tersebut. Sehingga mereka
melakukan pemberontakan. Tahukah kamu pemberontakan apa saja yang terjadi
di Indonesia?
248
IPS SMP/MTs Kelas IX
Peta Konsep
Kata Kunci
Strategi Nasional
Peristiwa Madiun/PKI
DI/TII
G30 S/PKI
Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, diharapkan siswa dapat:
1. mendeskripsikan terjadinya peristiwa Madiun/PKI dan cara yang dilakukan oleh pemerintah
dalam penanggulangannya dan konflik-konflik internal lainnya,
2. mendeskripsikan terjadinya peristiwa DI/TII dan cara yang dilakukan pemerintah dalam
penanggulangannya,
3. mengidentifikasi keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya sebelum terjadinya peristiwa
G 30 S/PKI,
4. mendeskripsikan terjadinya peristiwa G 30 S/PKI dan cara penumpasannya.
Strategi Nasional dalam
Menghadapi Peristiwa
Madiun/PKI, DI/TII, G 30 S/
PKI dan Konflik-Konflik
Internal Lainnya
Peristiwa Madiun/PKI
Peristiwa DI/TII
Keadaan politik, ekonomi,
sosial, dan budaya sebelum
terjadinya peristiwa G 30 S/PKI
Pemberontakan G 30 S / PKI
dan penanggulangannya
Jawa Barat
Jawa Tengah
Aceh
Sulawesi Selatan
Kalimantan
Selatan
IPS SMP/MTs Kelas IX
249
Anak-anak, tentunya di dalam keluargamu terdapat aturan-aturan yang telah
disepakati oleh seluruh anggota keluarga. Apabila aturan-aturan itu ditaati maka
tujuan keluarga akan dapat tercapai. Namun apabila ada anggota keluarga yang tidak
menaati bahkan menentang maka tujuan yang diinginkan keluargamu sulit terwujud.
Oleh karena itu orang tua sebagai penanggung jawab terwujudnya tujuan keluarga
tentunya bersikap tegas dalam menghadapi anggota keluarga yang melanggar aturan-
aturan keluarga. Sikap tegas ini dapat berupa sanksi dari yang ringan sampai dalam
bentuk hukuman.
Begitu pula Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini pada waktu
mendapat rongrongan dari dalam (bangsa Indonesia sendiri) seperti Peristiwa Madiun/
PKI, DI /TII, G 30 S /PKI dan konflik-konflik internal lainnya maka pemerintah
bersikap tegas untuk mengatasinya dengan berbagai strategi. Bagaimana strategi
nasional dalam menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut akan kita pelajari dalam
bab ini.
Pada waktu bangsa Indonesia sedang berjuang melawan Belanda dengan
perjuangan bersenjata maupun diplomasi setelah kemerdekaan, bangsa kita harus
menghadapi pemberontakan PKI Madiun. Pemberontakan yang terjadi pada tahun
1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap bangsa Indonesia ketika sedang
berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan kembali kekuasaannya di
Indonesia.
Para pemimpin pemberontakan ini di antaranya adalah
Amir Syarifuddin dan Musso. Amir Syarifudin adalah
mantan Perdana Menteri dan menandatangani Perjanjian
Renville. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh
kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada
tanggal 28 Juni 1948 dan melakukan pemberontakan di
Madiun.
Sedangkan Musso adalah Tokoh PKI yang pernah gagal
melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia
Belanda pada tahun 1926. Setelah gagal ia melarikan diri ke
luar negeri. Selanjutnya ia pulang ke Indonesia bergabung
dengan Amir Syarifuddin untuk mengadakan propaganda-
propaganda anti pemerintah di bawah pimpinan Sukarno-
Hatta.
A
Peristiwa Madiun/PKI dan Cara yang Dilakukan
Pemerintah dalam Penanggulangannya
Sumber : 30 Tahun Indonesia
Merdeka 1, hal. 184.
Gb.13.2
Musso, seorang
pemimpin pemberontakan
PKI Madiun tahun 1948.
250
IPS SMP/MTs Kelas IX
Front Demokrasi Rakyat (FDR) ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia,
Pemuda Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia
(SOBSI). Kelompok ini seringkali melakukan aksi-aksinya antara lain:
(1) melancarkan propaganda anti pemerintah,
(2) mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para buruh di perusahaan
misalnya di pabrik karung di Delanggu Klaten.
(3) melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam bentrokan senjata di
Solo tanggal 2 Juli 1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara
tiba-tiba terbunuh. Pada tanggal 13 September 1948 tokoh pejuang 1945,
Dr. Moewardi diculik dan dibunuh.
Aksi pengacauan di Solo yang dilakukan PKI ini selanjutnya meluas dan mencapai
puncaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI berhasil menguasai Madiun dan
sekitarnya seperti Blora, Rembang, Pati, Kudus, Purwadadi, Ponorogo, dan
Trenggalek. PKI mengumumkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia.” Setelah
menguasai Madiun para pemberontak melakukan penyiksaan dan pembunuhan
besar-besaran. Pejabat-pejabat pemerintah, para perwira TNI dan polisi, pemimpin-
pemimpin partai, para ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat banyak yang menjadi
korban keganasan PKI. Pemberontakan PKI di Madiun ini bertujuan meruntuhkan
pemerintah RI yang berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945 yang akan diganti
dengan pemerintahan yang berdasar paham komunis.
Kekejaman PKI ketika melakukan
pemberontakan pada tanggal 18 September
1948 tersebut mengakibatkan kemarahan
rakyat. Oleh karena itu pemerintah
bersama rakyat segera mengambil tindakan
tegas terhadap kaum pemberontak.
Dalam usaha mengatasi keadaan,
Pemerintah mengangkat Kolonel Gatot
Subroto sebagai Gubernur Militer Daerah
Istimewa Surakarta dan sekitarnya, yang
meliputi Semarang, Pati, dan Madiun.
Panglima Jenderal Sudirman segera
memerintahkan kepada Kolonel Gatot
Soebroto di Jawa Tengah dan Kolonel
Soengkono di Jawa Timur agar mengerah-
kan kekuatan kekuatan TNI dan polisi untuk menumpas kaum pemberontak. Karena
Panglima Besar Jenderal Sudirman sedang sakit maka pimpinan operasi penumpasan
diserahkan kepada Kolonel A. H. Nasution, Panglima Markas Besar Komando Jawa
(MBKD).
Walaupun dalam operasi penumpasan PKI Madiun ini menghadapi kesulitan
karena sebagian besar pasukan TNI menjaga garis demarkasi menghadapi Belanda,
dengan menggunakan dua brigade kesatuan cadangan umum Divisi III Siliwangi
dan brigade Surachmad dari Jawa Timur serta kesatuan-kesatuan lainnya yang setia
kepada negara Indonesia maka pemberontak dapat ditumpas.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 1, Hal. 186.
Gb.13.3
Kesatuan-kesatuan TNI dan polisi yang
dikerahkan untuk menumpas pemberontakan PKI/FDR
Madiun di Gunung Kidul
IPS SMP/MTs Kelas IX
251
Pada tanggal 30 September 1948
seluruh kota Madiun dapat direbut
kembali oleh TNI. Musso yang melarikan
diri ke luar kota dapat dikejar dan
ditembak TNI. Sedangkan Amir
Syarifuddin tertangkap di hutan
Ngrambe, Grobogan, daerah Puwadadi
dan dihukum mati. Akhirnya pem-
berontakan PKI di Madiun dapat
dipadamkan meskipun banyak me-
makan korban dan melemahkan
kekuatan pertahanan RI.
1. Pemberontakan DI / TII di Jawa Barat
Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa
Barat), Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara
Islam Indonesia. Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya
dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat
ditinggal oleh pasukan Siliwangi yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah
dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Perundingan Renville.
Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa
melakukan gerakannya dengan membakar rumah-rumah rakyat, membongkar rel
kereta api, menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah
pasukan Siliwangi mengadakan long march kembali ke Jawa Barat, gerombolan
DI/TII ini harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi.
Usaha untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang
lama disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
(1) medannya berupa daerah pegunungan-pegunungan sehingga sangat
mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,
(2) pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan leluasa di kalangan rakyat,
(3) pasukan DI /TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain
pemilik-pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,
(4) suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah
mempersulit usaha-usaha pemulihan keamanan.
B
Peristiwa DI/TII dan Cara yang Dilakukan Oleh
Pemerintah dalam Penanggulangannya
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 1, hal. 186.
Gb.13.4
TNI mengadakan pengejaran dan pembersihan
terhadap anggota-anggota PKI di sekitar Madiun dan
Gunung Lawu.
252
IPS SMP/MTs Kelas IX
Selanjutnya dalam menghadapi aksi
DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan
TNI untuk menumpas gerombolan ini.
Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi
bersama rakyat melakukan operasi “Pagar
Betis” dan operasi “Bratayudha.” Pada
tanggal 4 Juni 1962 SM. Kartosuwiryo
beserta para pengawalnya dapat ditangkap
oleh pasukan Siliwangi dalam operasi
“Bratayudha” di Gunung Geber, daerah
Majalaya, Jawa Barat. Kemudian SM.
Kartosuwiryo oleh Mahkamah Angkatan
Darat dijatuhi hukuman mati sehingga
pemberontakan DI/ TII di Jawa Barat dapat
dipadamkan.
2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah
Gerombolan DI/TII ini tidak hanya
di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah
juga muncul pemberontakan yang
didalangi oleh DI/ TII. Pemberontakan
DI/TII di Jawa Tengah di bawah pimpinan
Amir Fatah yang bergerak di daerah
Brebes, Tegal, dan Pekalongan. dan Moh.
Mahfudh Abdul Rachman (Kiai
Sumolangu).
Untuk menumpas pemberontakan
ini pada bulan Januari 1950 pemerintah
melakukan operasi kilat yang disebut
“Gerakan Banteng Negara” (GBN) di
bawah Letnan Kolonel Sarbini (selanjut-nya diganti Letnan Kolonel M. Bachrun dan
kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani). Gerakan operasi ini dengan pasukan “
Banteng
Raiders
.”
Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupa-kan
bagian dari DI/ TII, yakni dilakukan oleh “Angkatan Umat Islam (AUI)” yang
dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “Romo Pusat”
atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu
kurang lebih tiga bulan.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 2, hal. 62.
Gb.13.6
Amir Fatah (paling kanan) pemimpin pem-
berontakan DI / TII di Jawa Tengah.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka
Gb.13.5
S.M. Kartyosuwirjo tertangkap di Gunung
Geber, Majalaya di Jawa Barat pada tanggal 4 Juni
1962.
IPS SMP/MTs Kelas IX
253
Pemberontakan DI/TII juga terjadi di
daerah Kudus dan Magelang yang
dilakukan oleh Batalyon 426 yang
bergabung dengan DI/TII pada bulan
Desember 1951. Untuk menumpas
pemberontakan ini pemerintah melaku-
kan “Operasi Merdeka Timur” yang
dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto,
Komandan Brigade Pragolo.
Pada awal tahun 1952 kekuatan
Batalyon pemberontak terrsebut dapat
dihancurkan dan sisa- sisanya melarikan
diri ke Jawa Barat dan ke daerah GBN.
3. Pemberontakan DI/TII di Aceh
Gerombolan DI/ TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang dipimpin
oleh Teuku Daud Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di
Aceh adalah kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950
diturunkan dari daerah istimewa menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatera
Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu itu menjabat
sebagai gubernur militer menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara
Islam Indonesia di bawah pimpinan SM. Kartosuwiryo.
Dalam menghadapi pemberontakan DI/ TII
di Aceh ini semula pemerintah menggunakan
kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa
Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer I/
Iskandar Muda, pada tanggal 17-21 Desember
1962 diselenggarakan “Musyawarah Kerukunan
Rakyat Aceh” yang mendapat dukungan tokoh-
tokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan
DI/ TII di Aceh dapat dipadamkan.
4. Pemberontakan DI / TII di Sulawesi Selatan
Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh
Kahar Muzakar. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada
pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi
Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang RIS (APRIS). Tuntutan ini ditolak
karena harus melalui penyaringan.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 2, hal. 64.
Gb.13.7
Pasukan-pasukan TNI sedang bergerak untuk
melakukan operasi pada bulan Januari 1951.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 2, hal. 74.
Gb.13.8
Bendera DI / TII di Aceh
254
IPS SMP/MTs Kelas IX
Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar
Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel. Akan
tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta
anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi
dengan melakukan teror terhadap rakyat.
Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi
Selatan ini pemerintah melakukan operasi militer. Baru pada
bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan
ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi
dapat dipadamkan.
5. Pemberontakan DI /TII di Kalimantan
Selatan
Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga
melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan
yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak
melakukan pengacauan dengan menyerang pos-
pos kesatuan TNI.
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII
tersebut pemerintah pada mulanya melakukan
pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi
kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima
menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah,
akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi. Selanjutnya
pemerintah
mengerahkan pasukan TNI sehingga
pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta seluruh
anggota gerombolannya tertangkap dan di-
musnahkan.
Untuk mencapai tujuan bersama bagi bangsa Indonesia yang adil dan makmur maka
perjuangan hendaknya tidak hanya bertujuan untuk kepentingan kelompok atau golongan
tertentu. Akan tetapi harus melalui adanya persatuan dan kesatuan seluruh bangsa Indonesia.
Wawasan Kebinekaan
Sumber : 30 Tahun Indonesia
Merdeka 2, hal. 59.
Gb.13.9
Kahar Muzakar,
pemimpin DI /TII di Ka-
limantan Selatan.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 2, hal. 53.
Gb.13.10
Ibnu Hajar, Pemimpin Pem-
berontakan DI/TII di Kalimantan Selatan.
IPS SMP/MTs Kelas IX
255
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi Pancasila menghadapi
berbagai tantangan besar sejak tahun 1959, ketika Demokrasi Terpimpin
dilaksanakan. Pada waktu itu terjadi ketegangan sosial politik yang menjadi-jadi.
Kondisi politik menjadi panas karena antarpartai politik saling mencurigai, antara
partai politik dengan ABRI serta antara keduanya dengan Presiden. Mereka saling
bersaing untuk saling berebut pengaruh atau mendominasi.
Begitu pula pada masa Demokrasi Terpimpin kondisi ekonomi sangat
memprihatinkan hingga muncul krisis ekonomi nasional. Prinsip Nasakom yang
diterapkan waktu itu memberi peluang kepada PKI dan organisasi pendukungnya
untuk memperluas pengaruhnya. Dalam memanfaatkan peluang tersebut PKI
menyatakan sebagai partai pejuang bagi perbaikan nasib rakyat dengan janji-janji
seperti kenaikan gaji atau upah, pembagian tanah dan sebagainya. Oleh karena itu
PKI banyak mendapatkan pengaruh dari para petani, buruh kecil atau pegawai
rendah sipil maupun militer, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual,
dan para perwira ABRI.
Kondisi politik dan ekonomi yang semakin tegang berdampak pada sosial
budaya masyarakat. PKI dan para pendukungnya yang semakin mendapat pengaruh
sering mengancam dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Hal ini seperti yang
dialami oleh para pemuda yang tergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia
(PII). Ketika sedang melakukan pelatihan di Kanigoro Kediri Jawa Timur pada bulan
Januari 1965, para pendukung PKI menyerbu peserta pelatihan. Tindakan serupa
juga dilakukan terhadap umat Hindu di Bali yang sedang melakukan kegiatan
keagamaan. Tindakan PKI ini akhirnya juga dibalas oleh para kelompok yang anti
PKI sehingga masyarakat menjadi semakin resah karena seringkali terjadi pertikaian
fisik.
Pengaruh PKI yang sangat besar dalam bidang politik berdampak luas terhadap
kebijakan pemerintah di semua bidang. Dalam bidang sosial budaya semua organisasi
yang anti PKI dituduh sebagai anti pemerintah. Para seniman yang tergabung dalam
kelompok Maniesto Kebudayaan (Manikebu) dibubarkan oleh pemerintah pada
bulan Mei 1964. Badan Pendukung Sukarno (BPS) juga dibubarkan oleh pemerintah
pada bulan Desember 1964 karena menentang PKI.
C
Keadaan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Sebelum Terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI
256
IPS SMP/MTs Kelas IX
Tantangan yang dihadapi NKRI ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan dan
munculnya krisis ekonomi nasional merupakan peluang paham komunis untuk
berkembang. Prinsip Nasakom yang dilaksanakan pada waktu itu memberi
keempatan kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas
pengaruhnya. Melihat kondisi ekonomi yang memprihatinkan serta kondisi sosial
politik yang penuh dengan gejolak pada awal tahun 1960-an maka PKI berusaha
menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan.
Sebelum melakukan pemberontakan, PKI melakukan berbagai cara agar
mendapat dukungan yang luas di antaranya sebagai berikut.
(1) PKI menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat serta berjanji
akan menaikkan gaji dan upah buruh, pembagian tanah dengan adil, dan
sebagainya.
(2) Pada akhir tahun 1963 PKI melakukan “Aksi Sepihak” terutama di Jawa, Bali,
dan Sumatera Utara.
(3) PKI juga mencari pendukung dari berbagai kalangan mulai dari para petani,
buruh kecil, pegawai rendahan baik sipil maupun militer, seniman, wartawan,
guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan para perwira ABRI.
(4) Pengaruh PKI yang besar dalam bidang politik sehingga memengaruhi terhadap
kebijakan pemerintah. Misalnya, semua organisasi yang anti komunis dituduh
sebagai anti pemerintah. Manifesto Kebudayaan (Manikebu), sebagai organisasi
para seniman dibubarkan pemerintah pada bulan Mei 1964. Kebijakan politik
luar negeri RI pada waktu itu lebih condong ke Blok Timur yakni dengan
terbentuknya Poros Jakarta-Peking.
(5) Memasuki tahun 1965 PKI melempar desas-desus adanya “Dewan Jenderal”
dari dalam tubuh Angkatan Darat. Menurut PKI bahwa Dewan Jenderal ini
akan mengambil alih kekuasaan secara paksa dengan bantuan Amerika Serikat.
Tuduhan ini dibantah oleh Angkatan Darat, sebaliknya PKI yang akan
melakukan perebutan kekuasaan.
Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional pada dini hari tanggal
30 September 1965 atau awal tanggal 1 Oktober 1965, yakni terjadinya penculikan
dan pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat. Penculikan ini dilakukan
oleh sekelompok militer yang menamakan dirinya sebagai Gerakan 30 September.
Aksi ini di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyon I
Cakrabirawa. Para pimpinan TNI AD yang diculik dan dibunuh oleh kelompok
G 30 S/ PKI tersebut adalah sebagai berikut.
D
Pemberontakan G 30 S/PKI dan Cara
Penumpasannya
IPS SMP/MTs Kelas IX
257
a. Letnan Jenderal Ahmad Yani.
b. Mayor Jenderal R. Suprapto.
c. Mayor Jenderal Haryono MT.
d. Mayor Jenderal S. Parman.
e. Brigadir Jenderal DI. Panjaitan.
f. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
g. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean.
Dalam peristiwa tersebut Jenderal Abdul Haris Nasution yang menjabat sebagai
Menteri Kompartemen Hankam/ Kepala Staf Angkatan Darat berhasil meloloskan
diri dari pembunuhan akan tetapi putri beliau, Irma Suryani Nasution tewas akibat
tembakan para penculik. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, ajudan Jenderal
Nasution juga tewas dalam peristiwa tersebut. Selain itu Brigadir Polisi Karel Satsuit
Tubun, pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena juga menjadi korban
keganasan PKI.
Peristiwa pembunuhan oleh G 30 S/ PKI yang terjadi di Yogyakarta
mengakibatkan gugurnya dua orang perwira TNI AD yakni Kolonel Katamso
Dharmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono.
Pada hari Jum’at pagi tanggal 1 Oktober 1965 “Gerakan 30 September “ telah
menguasai dua buah sarana komunikasi vital, yakni studio RRI Pusat di Jalan Merdeka
Barat, Jakarta dan Kantor PN Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI
pagi itu pukul 07.20 dan diulang pada pukul 08.15 disiarkan pengumuman tentang
Gerakan 30 September. Diumumkan antara lain bahwa gerakan ditujukan kepada
jenderal- jenderal anggota Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta terhadap
pemerintah. Dengan pengumuman ini maka masyarakat menjadi bingung.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 3, hal. 44, 45, dan 49.
Gb.13.11
Pahlawan Revolusi
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
(7) (8)
(9) (10)
Keterangan:
1. Kolonel Katamso Dharmokusumo
2. Lektol Sugiyono
3. Letjen Ahmad Yani
4. Mayjen R. Soeprapto
5. Mayjen Harjono Mas Tirtodarmo
6. Mayjen Suwondo Parman
7. Brigjen Donald Izacus Pandjaitan
8. Brigjen Soetojo Siswomiharjo
9. Lettu Pierre Andreas Tendean
10. Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun
258
IPS SMP/MTs Kelas IX
Menghadapi situasi politik yang panas tersebut Presiden Sukarno berangkat
menuju Halim Perdanakusumah, dan segera mengeluarkan perintah agar seluruh
rakyat Indonesia tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan serta memelihara
persatuan dan kesatuan bangsa. Mayor Jenderal Suharto selaku Panglima Komando
Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) mengambil alih komando Angkatan Darat,
karena belum adanya kepastian mengenai Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjabat
Menteri Panglima Angakatan Darat.
Dengan menghimpun pasukan lain termasuk Divisi
Siliwangi, dan Resimen Para Komando Angkatan Darat
(RPKAD) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edi Wibowo,
panglima Kostrad mulai memimpin operasi penumpasan
terhadap Gerakan 30 September. Tindakan-tindakan yang
dilakukan dalam operasi ini sebagai berikut.
(1) Pada tanggal 1 Oktober 1965 operasi untuk merebut
kembali RRI dan Kantor Telkomunikasi sekitar pukul
19.00. Dalam sekitar waktu 20 menit operasi ini berhasil
tanpa hambatan. Selanjutnya Mayor Jenderal Soeharto
selaku pimpinan sementara Angkatan Darat
mengumumkan lewat RRI yang isinya sebagai berikut.
(a) Adanya usaha usaha perebutan kekuasaan oleh
yang menamakan dirinya Gerakan 30 September.
(b) Telah diculiknya enam tinggi Angkatan Darat.
(c ) Presiden dan Menko Hankam/Kasab dalam keadaan aman dan sehat.
(d) Kepada rakyat dianjurkan untuk tetap tenang dan waspada.
(2) Menjelang sore hari pada tanggal 2 Oktober 1965 pukul 06.10 operasi yang
dilakukan oleh RPKAD yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo
dan Batalyon 328 Para Kujang. Operasi ini berhasil menguasai beberapa
tempat penting dapat mengambil alih beberapa daerah termasuk daerah
sekitar bandar udara Halim Perdanakusumah yang menjadi pusat kegiatan
Gerakan 30 September.
(3) Dalam operasi pembersihan di kampung Lubang Buaya pada tanggal 3 Oktober
1965, atas petunjuk seorang anggota polisi, Ajun Brigadir Polisi Sukitman
diketemukan sebuah sumur tua tempat jenazah para perwira Angkatan Darat
dikuburkan. Mereka yang menjadi korban kebiadaban PKI tersebut mendapat
penghargaan sebagai pahlawan revolusi.
Sumber : id.wikipedia.com
Gb.13.12
Kolonel Sarwo Edi
Wibowo, Panglima Kostrad
yang memimpin operasi pe-
numpasan terhadap gerakan
30 September
IPS SMP/MTs Kelas IX
259
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka 3, hal. 58.
Gb.13.13
Jenazah Tujuh Pahlawan Revolusi siap untuk
dimakamkan.
Ketika gerakan 30 September ini
menyadari tidak adanya dukungan dari
masyarakat maupun anggota angkatan
bersenjata lainnya, para pemimpin dan
tokoh pendukung Gerakan 30 September
termasuk pemimpin PKI D.N. Aidit
segera melarikan diri. Dengan demikian
masyarakat semakin mengetahui bahwa
Gerakan 30 September yang sebenarnya
melakukan pengkhianatan terhadap
negara ini.
1. Bentuklah kelompok yang terdiri atas 5- 6 anggota tiap kelompok secara acak.
2. Lakukanlah wawancara kepada tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui atau
mengalami situasi politik, ekonomi, maupun sosial budaya menjelang terjadinya Peristiwa
G 30 S / PKI.
3. Buatlah laporan secara kelompok.
4. Buatlah kesimpulan dari hasil wawancara tersebut dan presentasikan secara kelompok
di depan kelas.
Catatan : Sebelum melakukan wawancara buatlah pedoman wawancara, yakni apa yang akan
kalian tanyakan kepada tokoh masyarakat tersebut.
Tugas Kelompok
1. Ujian yang dihadapi bangsa Indonesia sejak berdirinya negara ini sungguh- sungguh
berat. Ketika bangsa kita sedang menghadapi Belanda yang hendak menanamkan
kekuasaannya kembali di bumi Indonesia ternyata dari dalam negeri muncul berbagai
pemberontakan.
2. Pemberontakan-pemberontakan itu di antaranya adalah PKI Madiun tahun 1948,
Pemberotakan DI/TII yang diawali dengan berdirinya Negara Islam Indonesia tanggal
7 Agustus 1949. Selanjutnya diikuti pemberotakan DI/TII di Jawa Tengah, Aceh, Sulawesi
Selatan dan Kalimantan Selatan. Selanjutnya pada tahun 1965 ketika menerapkan
Demokrasi Terpimpin, bangsa kita masih mengahadapi pemberontakan yang dilakukan
Gerakan 30 September/PKI.
Rangkuman Materi
260
IPS SMP/MTs Kelas IX
Refleksi
Uji Kompetensi
3. Dalam menghadapi pemberontakan PKI Madiun, DI / TII maupun Gerakan 30 September
/PKI di atas pemerintah Indonesia menggunakan berbagai strategi baik dengan
pendekatan yang bersifat damai sampai dengan operasi bersenjata. Semua strategi
nasional yang digunakan pemerintah dalam menghadapi pemberontakan-
pemberontakan itu bertujuan menegakkan negara yang berdasar Pancasila sehingga
memberi rasa aman pada rakyat.
Dari uraian materi di atas maka sikap dan perilaku dan perilaku yang dapat kita teladani antara
lain sebagai berikut.
1. Kebulatan tekad pemerintah bersama rakyat dalam menumpas pemberontakan PKI
Madiun maupun Gerakan 30 September/PKI patut didukung sebab ideologi komunis
jelas bertentangan dengan jiwa Pancasila.
2. Upaya pemerintah dalam menumpas pemberontakan PKI Madiun, Gerakan 30
September/PKI maupun DI/TII merupakan upaya untuk menciptakan keamanan sehingga
rakyat dapat hidup dalam suasana tenang. Kondisi yang aman dan damai inilah yang
perlu kita ciptakan mulai dari lingkungan yang paling kecil yakni keluarga.
Ayo kerjakan di buku tugasmu!
I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang tepat!
1. Organisasi yang dibentuk Amir Syarifuddin
untuk menggerakkan aksi PKI di Madiun
adalah ....
a. Pemuda Rakyat
b. Front Demokrasi Rakyat
c. Front Pembela Rakyat
d. Kesatuan Rakyat Tertindas
2. Tujuan pemberontakan PKI Madiun tahun
1948 adalah untuk ....
a. mengganti pemerintahan dengan
paham komunis
b. menegakkan negara militer di Jawa Timur
c. membentuk pemerintahan yang
demokratis
d. membela kepentingan rakyat yang
menderita
IPS SMP/MTs Kelas IX
261
3. Salah satu faktor yang menyebabkan
kesulitan menumpas pemberontakan DI /TII
di Jawa Barat adalah ....
a. persenjataan pasukan DI/ TII lebih
unggul
b. pasukan Siliwangi mudah menyerah
c. medannya berupa pegunungan-
pegunungan
d. rakyat tidak mau bekerjasama dengan TNI
4. Penyebab timbulnya pemberontakan DI /TII
di Aceh adalah ....
a. tuntutan agar pasukannya dimasukkan
dalam kesatuan APRIS
b. menentang masuknya pasukan APRIS
ke wilayah Aceh
c. kekecewaan atas pembagian keuangan
pusat kepada daerah
d. kekecewaan Daud Beureuh atas status
Aceh menjadi Karesidenan
5. Perhatikan peta berikut ini!
Pada peta di atas, lokasi pemberontakan
DI/TII yang dipimpin Kahar Muzakar
ditunjukkan pada angka ....
a. I
c. III
b. II
d. IV
6. Strategi pemerintah untuk menghadapi
pemberontakan DI/TII di Kalimantan
Selatan diawali dengan cara ....
a. pemberian pangkat satu tingkat kepada
Ibnu Hajar
b. penarikan senjata yang dimiliki anggota
DI /TII
c. pendekatan dengan diterima menjadi
anggota TNI
d. pembumihangusan kamp-kamp per-
sembunyian DI /TII
7. Kondisi ekonomi yang sulit sebelum
terjadinya peristiwa G 30 S/ PKI menguntung-
kan PKI untuk melakukan beberapa propa-
ganda di antaranya adalah ....
a. akan menaikkan upah buruh
b. akan mengganti mata uang
c. menurunkan harga barang- barang
d. mengganti menteri keuangan
8. Dalam rangka penumpasan terhadap G 30
S /PKI, pasukan RPKAD di bawah pimpinan
....
a. Kolonel Gatot Subroto
b. Mayor Jenderal Soeharto
c. Kolonel Soengkono
d. Kolonel Sarwo Edi Wibowo
9. Dua sarana komunikasi vital di Jakarta yang
dapat direbut kembali dari tangan G 30 / PKI
oleh ABRI dan rakyat adalah ....
a. Lapangan Terbang Halim Perdana
Kusuma dan Studio RRI Pusat
b. Kantor Telekomunikasi dan Lapangan
Terbang Halim Perdana Kusuma
c. Studio RRI Pusat dan Kantor Pusat
Telekomunikasi
d. Lapangan Terbang Halim Perdana
Kusuma dan Lubang Buaya
10. Dua unsur kekuatan yang berhasil
menumpas pemberontakan G 30 S /PKI
dengan sukses adalah ....
a. Mayjen Soeharto dan rakyat
b. RPKAD dan rakyat
c. Sarwo Edi Wibowo dan rakyat
d. ABRI dan rakyat
262
IPS SMP/MTs Kelas IX
III. Jawablah pertan
yaan-pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas !
1. Sebutkan aksi- aksi yang dilakukan Front Demokrasi Rakyat di bawah pimpinan Amir Syarifuddin!
2. Mengapa masyarakat terutama para ulama menentang aksi- aksi yang dilakukan oleh Front
Demokrasi Rakyat?
3. Jelaskan secara singkat aksi penumpasan terhadap PKI di Madiun!
4. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan usaha untuk menumpas pemberontakan DI/TII di
Jawa Barat memerlukan waktu yang lama!
5. Sebutkan operasi-operasi yang dilakukan pemerintah untuk menghadapi DI /TII di Jawa Barat !
6. Jelaskan secara singkat strategi pemerintah dalam memadamkan pemberontakan DI/TII di Aceh!
7. Jelaskan secara singkat kondisi politik, ekonomi maupun sosial budaya menjelang terjadinya
pemberontakan G 30 S / PKI!
8. Sebutkan cara-cara PKI agar memperoleh simpati masyarakat sebelum melakukan
pemberontakan pada tanggal 1 Oktober 1965!
9. Sebutkan isi pengumuman Mayor Jenderal Soeharto selaku pimpinan sementara Angkatan Darat
melalui RRI pada tanggal 1 Oktober 1965!
10. Jelaskan secara singkat operasi penumpasan terhadap Gerakan 30 September!